Dosen Ilmu Lingkungan Unigoro Ungkap Bojonegoro Punya Spesies Anggrek Endemik
Dosen Ilmu Lingkungan Unigoro Ungkap Bojonegoro Punya Spesies Anggrek Endemik

Keterangan Gambar : Dr. Laily Agustina R., S.Si., M.Sc., menunjukkan hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tentang anggrek larat hijau di kawasan hutan jati Bojonegoro, Selasa (2/9/25).


BOJONEGORO – Dosen Ilmu Lingkungan Universitas Bojonegoro (Unigoro), Dr. Laily Agustina R., S.Si., M.Sc., mengungkap bahwa Kabupaten Bojonegoro memiliki spesies anggrek endemik yang hanya ditemukan di kawasan hutan jati. Berdasarkan penelusuran pustaka di berbagai jurnal ilmiah, tahun 2008 peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan keberadaan anggrek larat hijau atau Dendrobium capra tersebar di kawasan hutan jati Madiun dan Bojonegoro dengan jumlah total 240 individu. “Tahun 2022 dilakukan penelitian kembali oleh LIPI, disebutkan bahwa jumlah Dendrobium capra tinggal 215 inidividu. Dan ini tentu menjadi kondisi yang kurang bagus. Apalagi masyarakat Bojonegoro saya yakin, belum banyak yang tahu bahwa Bojonegoro punya spesies tanaman unik lho,” ungkapnya, Selasa (2/9/25).



TANAMAN ENDEMIK BOJONEGORO: Anggrek larat hijau atau Dendrobium capra di kawasan hutan jati Bojonegoro.


Dendrobium capra secara morfologi tidak seperti anggrek-anggrek pada umumnya. Berwarna hijau dengan semburat ungu di tengahnya. Yang membuat istimewa adalah tanaman anggrek ini hanya berbunga sekali setahun, setiap bulan Februari. Menariknya, anggrek larat hijau tumbuh di pohon jati yang berusia lebih dari 50 tahun. Menurut Laily, keberadaan Dendrobium capra menambah nilai plus terhadap bio site kawasan hutan jati yang menjadi bagian dari Geopark Bojonegoro. “Ini bisa menjadi pembeda hutan jati di Bojonegoro dengan daerah lainnya. Bahwa hutan jati Bojonegoro bisa jadi yang tersisa sebagai habibat alami anggrek larat hijau atau Dendrobium capra. Ini tidak gampang ditemukan. Apalagi posisinya ada di ¾ bagian pohon. Melihat secara kasat mata tidak bisa langsung dikenali. Batangnya sama dengan anggrek-anggrek lain, tapi bunganya beda. Cuma tidak ada setiap saat,” paparnya.


DI 3/4 BATANG: Anggrek larat hijau atau Dendrobium capra tumbuh di pohon jati yang berusia lebih dari 50 tahun


Laily yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Teknis Pengelola Geopark Bojonegoro mengajak pemerintah dan masyarakat setempat menjaga keberadaan anggrek larat hijau. Mengingat status dari Dendrobium capra sedang diajukan critically endangered atau terancam punah di habitat aslinya. Badan Pengelola Geopark Bojonegoro berupaya mengajukan status kawasan konservasi di titik lokasi Dendrobium capra kawasan Perhutani Bojonegoro. Ada dua ancaman serius mengintai keberlangsungan tanaman endemik Kota Ledre. “Pertama, informasi dari mantri hutan setempat mengatakan bahwa masyarakat luar sering ambil anggreknya. Kedua, dalam waktu dekat ini pohon jati yang berusia lebih dari 50 tahun akan dipanen. Kekhawatiran terbesar kami adalah jati yang merupakan inang Dendrobium capra ditebang, otomatis akan hilang. Itu yang menjadi dasar kami untuk segera mengambil tindakan upaya konservasi,” tandas Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unigoro. (din)



Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)